Tampilkan postingan dengan label Karya : Kurniawan S. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karya : Kurniawan S. Tampilkan semua postingan

Kawan, Ku Tanya Apa Kabar?


Kawan

Masih ingatkah kalian

Dulu kita pernah bersama

Berjalan bersama

Canda ria dan tawa bersama

Susah, duka, luka, kita sama sama

Kita duduk bersama

Mengenakan seragam yang sama

Di tempat yang sama

Dengan tujuan sama pula


Tempat itu menjadi titik awal

Sekaligus titik akhir pertemuan kita

Kita bertemu di tempat itu, 

Kita memulai kisah 

Dan di tempat itu pula, 

kita berpisah 


Tempat itu menjadi bukti

Bahwa kita pernah menapakkan kaki

Dan tanah tempat kita berpijak

Menjadi saksi, bahwa kita pernah merangkai kisah 


Hei kawan, 

Telah ribuan purnama 

Kita tak berjumpa

Adakah gejolak rindu 

Ingin bertemu ? 

Adakah getaran hati

untuk kembali? 

Mengulang kisah

Sebagai seorang kawan 


Kini apa kabar kalian, kawan

Kita telah lama berpencar 

berbeda tujuan 

Masing-masing kita, berjalan 

di jalan yang berbeda haluan 


Kini kita berkumpul

Namun tak utuh

Sekarang kita bersama 

Namun rasa, tentu tak sama

Ada saja yang berbeda


Pertemuan ini singkat kawan 

Setelahnya kita akan kembali berpisah 

mengikuti alunan langkah 

Dan mungkin, tanah 

akan  merekah 

Membuat jurang pemisah 


Dan nanti, jika tak ada lagi sempat 

ku mohon, ingatlah selagi ingat

kenang lah selagi bisa dikenang

Dan janganlah lupa 

meskipun kita manusia pelupa 


- Kurnia, 23 April 2022


Puisi Harapan : Secercah Harapan di Seberang Lautan

Puisi Harapan: Secercah Harapan di Seberang Lautan


Kududuk termenung menatap awan.

Ditemani secarik kertas berisi harapan. 

Dengan sebatang pensil yang berbaring, 

lelah menuliskan secercah harapan. 


Semakin kutatap, awan semakin memekat. 

Bergerak gemulai, seolah-olah melambai. 

Seakan mengajakku untuk datang menemani. 

Adakah mimpi-mimpiku di sana?


Tidak! Mimpiku bukan di atas sana. 

Lambaian tangannya hanyalah penggoda. 

Agar aku termakan bujuk rayunya. 

Datang dan kemudian aku terlena. 


Tampaknya di sana adalah surga. 

Namun kutahu, itu hanyalah fatamorgana. 

Yang apabila kusinggahi, 

hanya titik air yang ada, 

menggumpal karena dingginnya udara. 


Secercah harapanku ada di balik gunungan karang, 

di seberang samudra, di ujung mata memandang. 

Namun dengan apa kudapat ke seberang sana?

Mungkinkah secercah harapan itu dapat kuraih?


Jawabnya…

hanya dengan bekal tekad dan niat yang kuat, 

Ku kan dapat arungi samudra. 

Menjemput harap di setiap doa yang ku panjat. 



Agar tak hanya menjadi bunga, 

wangi mekar di alam bawah sadar, 

di kala mata kupejam, 

di kala badan kubaringkan, 

di kala sukma kuistirahatkan. 


Meski batu karang menghadang, 

takkan kuhentikan pelayaran. 

Akan kuseberangi lautan, 

hingga ke seberang sana, sampai ke titik terang, 

di mana secercah harapan menjadi sebuah kenyataan. 

Bukan hanya sebatas angan-angan. 


Perahu akan kudayung, 

meskipun ombak terus berusaha menggulung. 

Aku tidak pernah takut terguling. 

Bila saja itu terjadi, aku akan kembali mendayung, 

hingga perahuku sampai di pelabuhan harapan. 


Secercah harapan itu harus bisa ku raih!

Puisi Cinta - Antara Cinta dan Gelisah

Puisi Cinta - Antara Cinta dan Gelisah


Adakah cinta yang bisa membuatku tenang?

Kenapa mencintai membuatku gelisah?

Khawatir akan sebuah kesungguhan dibalik ketidakpastian,

atas sebuah takdir yang masih menjadi pertanyaan


Apakah cerita ini nyata, atau hanya fiktif belaka?

Apakah cinta ini sungguh, atau hanya sandiwara?

Apakah kehadirannya adalah suratan,

atau hanya bagian dari naskah drama?


Mungkin ini hanya drama, yang ia sendiri sutradaranya

dan ia mengajakku untuk bermain peran utama,

menjadi seorang yang dipermainkan oleh cinta,

yang ia sendiri pelakunya


- Kurnia,   





Puisi Cinta - Ketika Sinarnya Datang

 Puisi Cinta -  Ketika Sinarnya Datang


Sekian lamanya, aku hidup dalam kegelapan 

Tanpa cinta yang menjadi cahaya penerang 

Setelah temaram bulan yang gagal ku raih, 

jiwa ini larut dalam pedih dan tangis yang lirih 


Hati ini hampir mati, bagai pokok tanpa air dan cahaya

Hati ini gelap, seperti malam tanpa bulan-bintangnya 

Hati ini sunyi, tak ada bisik rayuan cinta terdengarnya

Hati ini sepi, karna tiada siapapun di dalamnya


Rembulan terlalu jauh untuk ku gapai

Namun setelah ia benar benar tiada, 

mentari muncul membawa sinarnya 

Perlahan menyentuhku tanpa aku memintanya


Dan mentari itu adalah Kau

Kau datang membawa cintamu 

perlahan merasuk hatiku tanpa aku menyadarinya 


Dan Kau berhasil,


Membuat hati yang semula hitam, menjadi ungu

Membuat hati yang semula gelap, menjadi terang

Membuat hati yang semula sunyi, menjadi riang

Membuat hati yang semula kosong, menjadi terisi


Terisi Namamu....



- Kurnia, 31 Januari 2022

Puisi Cinta - Ku Hanya Takut Kembali Terluka

Puisi Cinta - Ku Hanya Takut Kembali Terluka


Bukannya ku tak mau lagi mencintai 

Bukannya ku tak ingin membuka hati 

Hanya saja, luka yang terakhir kali, 

masih sangat menyiksa diri 


Aku takut bila ku mulai cerita yang baru,

itu hanya akan berakhir seperti yang lalu

dikala hati ini telah mencintai dengan sungguh

Ia campakkan seakan Ia tak mau


Mungkin aku tidak akan memulai cerita, 

setelah cerita lama berakhir dengan luka

Luka ini masih terasa lara, 

Hingga hatiku menganggap,

Bahwa semua cerita yang akan ku mulaikan, 

Hanya akan berakhir duka



- Kurnia, 16 Januari 2022 - "Sebelum Sinarnya Datang"



Linang Air Mata Kenangan

Linang Air Mata Kenangan

Ku lihat jam di dinding, 

ternyata malam hampir dini hari. 

Malam hampir berganti pagi. 

Dan waktu akan berganti hari. 


Tapi ku masih terjaga,

Mengingat kenangan yang indah penuh cinta

Mataku berlinang menetes air mata,

Air mata bahagia,

Yang tak pernah aku inginkan,

menjadi tangisan pilu berbalut luka. 


23.42 - Senin 15 Februari 2021


- Kurnia




Photo by THE 9TH Coworking on Unsplash

Andai Takdir dan Waktu dapat Ku Kendalikan

Puisi Perpisahan : Andai Takdir dan Waktu dapat Ku Kendalikan


Seandainya waktu dapat diputar, 

Aku ingin kembali pada waktu

dimana semua yang pernah dijalin bersama,

hendak berakhir dengan ketidakjelasan.


Seandainya takdir bisa ku kendalikan, 

Aku ingin membuat takdir perpisahan itu

tak pernah terjadi selamanya.


Tapi untuk itu, aku tak kuasa

Aku hanyalah hamba,

yang hanya bisa berdoa.


Namun barangkali doaku tak terdengar oleh langit, 

atau barangkali bumi sedang tuli, 

hingga bisik doaku tak sampai ke dasarnya.



- Kurnia, 23 Oktober 2021

Puisi Rindu - Aku Rindu Kamu yang Dulu

Duhai Bidadariku,

Ketahuilah, aku tengah rindu

Rinduku bukan ingin bertemu

Bukan pula ingin berjumpa,

yang kemudian bertatap mata


Tapi rinduku ini, rindu akan sikap hangatmu

Rindu kehangatan, saat dinginnya malam minggu

Rindu perhatian yang kau berikan untukku

Rindu kata semangat, di saat semangatku layu


Cobalah kau putar ingatanmu

Putarlah kembali kemasa itu

Agar kau ingat seperti apa dirimu

Seperti apa dirimu di kala itu


Kini kau tampak berbeda

Apakah rasamu tak lagi sama?

Tidak kah dirimu masih cinta?

Katakanlah, cinta itu masih ada


Wahai Bidadari,

Aku tak ingin pergi,

Aku hanya ingin kau kembali

Merajut asaku kembali



- Kurnia, 12 Juni 2021

Ingin karyamu dibaca banyak orang?
Kirim karyamu ke email kami!

Klik tombol dibawah untuk diarahkan ke email. (Subjek : Kirim Karya)
Nama Pengarang dan Informasi Tambahan (Username IG) dicantumkan.
Setiap karya yang mendapat 10000 pengunjung mendapatkan Rp20.000,- (OVO, Dana, Gopay, Rek. BRI). Cantumkan informasi pembayaran di email.
Karya berpeluang dibukukan. Buku Antologi Puisi Ber-ISBN.
image